Selasa, 25 Agustus 2009

Teknophoria

Waktu adalah sosok makhluk yang paling 'sombong'. Bagaimana tidak, ia selalu berjalan ke depan tanpa mau sedikit pun menengok ke belakang apalagi sekedar berhenti meski barang sesaat. Ia kan terus berjalan berdampingan dengan peradaban manusia yang terus berdinamika. Manusia terus berkembang tuk mencapai satu kesempurnaan dalam hidup. Meskipun hal itu adalah sebuah perkara yang utopis, namun itulah yang terus membuat usaha manusia terus bergulir tanpa punya alasan untuk berhenti berbuat.

Banyak contoh hasil dari progresivitas akal, budi, dan karsa manusia. Teknologi salah satunya. Teknologilah yang membuat kita mengenal lampu, televisi, motor penggerak kendaraan, sampai dengan roket.

Kemudian pengamatan kita akan semakin mengerucut dengan memperhatikan internet sebagai salah satu hasil perkembangan teknologi. Tidak bisa kita pungkiri bahwa dunia seolah dibuat semakin sempit olehnya. Setiap hari, jutaan informasi berkeliaran dengan bebas di dalamnya. Internet tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tapi juga oleh pemuda bahkan anak-anak sekalipun. Dan yang menarik lagi, dalam internet terdapat suatu situs pertemanan yang digandrungi oleh puluhan juta membernya di seluruh dunia. Ya, situs itu bernama facebook.

Seperti apakah facebook itu? Apakah manfaatnya bagi kita? Dan adakah kerugiaannya?

Senin, 24 Agustus 2009

Ketika Cinta Berbuah Nangka (vol 4)

Dinda berlari membopong Dini masuk ke Rumah Sakit. Sementara itu Ahsan ikut mendampinginya. Dengan lukanya yang begitu parah, Dini harus mendapatkan perawatan intensif di ICU.

Secara otomatis, musibah yang menimpa Dini harus membuat Dinda menunda 'pengumumannya'. Dini mengalami benturan di bagian kepala dan tulang engkelnya patah serta memar di beberapa bagian tubuh. Ia saat ini tak sadarkan diri dengan alat bantu pernafasan yang melekat. Melihat apa yang menimpa adiknya, tanpa sadar air mata Dinda kembali meleleh membasahi pipi. Ahsan yang dari tadi ikut mengantar Dini ikut bersimpati.

"Sabar ya,Din! Aku sudah menghubungi orang tua kamu agar cepat-cepat kemari...." hibur Ahsan memecah keheningan.

"Ohh! Te...terima k..kasih...." desah Dinda sambil terbata-bata.

Namun agaknya keheningan lebih betah hinggap di ruangan itu. Kembali senyap menghampiri sampai beberapa saat. Dinda terduduk di samping ranjang Dini sedangkan Ahsan berdiri dekat pintu. Pembicaraan mereka seolah terhenti oleh suara tokek di balik dinding. Tiba-tiba...

"San..." terdengar suara yang begitu lirih sampai nyaris tak terdengar.

"Mmm... Iya? Ada apa,Din?" jawab Ahsan agak gugup.

"Gue bingung mesti gimana! Gue nggak percaya kalo keluarga loe bakal milih gue. Gue..."

"Ssst... Bukan waktunya bagi kita untuk membicarakan hal itu. Sekarang yang harus kita pikirkan terlebih dulu adalah keadaan Dini," potong Ahsan.

"Gue juga pengin kaya gitu. Gue bener-bener sedih ngliat adek gue seperti ini. Tapi loe tau sendiri 'kan kalo kita juga punya masalah yang seharusnya diselesein hari ni juga. Andai saja kejadian ini gak terjadi..." Dinda tak melanjutkan kata-katanya. Matanya terasa perih karena tak kuasa menahan air mata yang menganak sungai. (lebay...)

"Iya, Din. Aku tahu itu. Aku pun sebenarnya ingin menolak rencana ini. Namun saat ku bertemu denganmu, aku merasakan ada aura lain yang mengisi hati. Kehadiranmu telah meluluhkan idealisme yang slama ini terpancang. Itulah yang membuat lidahku kelu untuk berkata: Tidak!" jelasnya sambil menoleh ke arah Dinda.

Namun didapatinya Dinda kini terdiam dengan ekspresi yang cukup membingungkan. Melihat itu, Ahsan makin jadi khawatir.

"Din, kamu nda' apa-apa kan?"

"Nggak, san! Gue cuma bingung aja. Barusan loe ngomong apaan sih?" balas Dinda masih dengan mimik innocent.

"Hadduh...!" timpal Ahsan sambil geleng-geleng kepala.

"OK, anggap saja aku menyerahkan semua perkara ini ke kamu. Apapun jawabannya insya Allah aku ikhlas menerimanya..." lanjut Ahsan.

"Jadi, gimana?" tanya Dinda masih agak bingung. Tangannya nampak mengusap kelopak matanya yang dari tadi basah.

"Loh? Kok malah kamu yang nanya? Harusnya aku donk yang nanya gitu..."

"Maksudnya?" Dinda makin bingung.

"Huft, mungkin kamu perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Sebentar, aku akan belikan minuman untukmu."

Ahsan pun memutuskan keluar untuk membeli minuman. Namun alangkah kagetnya Ahsan, ternyata dari tadi ada orang yang bersandar di daun pintu itu dari luar. Sehingga tepat ketika ia membuka pintu, mereka dengan kompaknya jatuh ke arahnya.

"Gedubrrakk!"

"Aduduuh...! Masya Allah!" sentak mereka hampir bersamaan.

Ahsan terperanjat,"Abi! Apa yang Abi lakukan di luar?"

Dinda pun tak kalah terkejutnya...

"Ayah! Ibu! Ngapain ngintip-ngintip dari luar?"

[ternyata masih bersambung...]

Kamis, 04 Juni 2009

Epilog Kepahlawanan yang Lesu

Akankah smua akan berakhir disini..
Semangat yang berkobar hanya dalam satu lingkaran yang tak pasti..
Suatu pemikiran yang tercipta hanya berdasarkan kekosongan mimpi...
Akankah semua tujuan bisa tercapai hanya dengan omong kosong yang tak berarti..
Jangan jadikan semangat dan kekuatan kita hanya sebagai ilusi..
Tanpa wujud dan tanpa bukti..
Cobalah bercermin pada diri..
Dimanakah ruh pejuang yang selalu mendampingi..
Dimanakah nyawa pejuang yang tak takut mati..
Dan akankah..
Penerus generasi terbaik..Berakhir disini..

Itulah potongan nasihat dari seorang ikhwan yang masih bergaung di hati, seolah menjelma dalam intuisi. Kenyataanlah yang membuat kami sadar bahwa tak ada yang abadi dalam sbuah era. Dan sejalan dengan pengertian tersebut, maka kami pun menemui satu realita lagi bahwa tak ada yang sempurna dalam perjalanan anak manusia sebagai makhluk dhoif. Satu jam saja, kita telah bisa menguak satu per satu kekurangan yang ada. Namun apakah kita akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk mencari solusi atas segala kekurangan yang ada?

Kalau diingat-ingat, perjalanan kami penuh dengan cerita duka atau boleh dibilang juga sebagai kegagalan. Kami gagal mnjadi the real superteam, gagal mengoptimalkan masa periode ini, gagal memaksimalkan potensi kader, gagal mengangkat ghiroh-ghiroh para pejuang yang tengah lesu, juga gagal memberi gebrakan eksternal. Jika dibandingkan dengan keberhasilan para pioner kami yang tangguh, apa yang sudah kami lakukan hanyalah hal-hal samar yang tak jelas seperti layaknya penumbra di kala gerhana.

Namun salahkah kami, Saudaraku? Salahkah kami yang ingin berakhir sebagai seorang yang pantang menyerah? Salahkah kami jika berharap memiliki penerus tangguh yang memiliki karakter sebagai ksatria sejati?

Sebab, bagaimanapun juga suatu cerita ditentukan dari kualitas 'akhirnya'. Kegagalan pun akan menyenangkan jika kita hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri. Sungguh, alangkah indahnya apabila kegagalan ini terbayar dengan lahirnya generasi keemasan setelah ini sebagai sebuah prestasi luar biasa yang bisa kami capai.

Biarkan aku bernafas sebelum hilang...
Jiwa yang lama segera pergi...
Bersiaplah para pengganti...

Saudaraku, inilah Laporan Pertanggungjawaban Koordinator Daerah Brigade Kota dan Kabupaten Tegal periode 2008-2009. Tak ada yang abadi, Saudaraku. Semoga segala khilaf yang ada kan menjadi ibroh untuk kita. Serta semoga keselamatan dan perlindungan dari-Nya kan terus menaungi sehingga kita senantiasa ditunjukkan jalan yang lurus. Amiin yaa robbal aalamiin...

Jumat, 01 Mei 2009

Ketika Cinta Berbuah Nangka (vol. 3)

"Bukan begitu Bu..." potong Dinda tiba-tiba.

"Saya tak bisa menentukan hari ini,Bu! Ini terlalu sulit, bahkan mungkin lebih sulit dari ujian CPNS sekalipun. Oleh karena itu izinkan saya memikirkannya paling tidak sampai waktu yang ditentukan,"lanjut Dinda.

"Oh,tentu. Seandainya hari ini De' Dinda menolak pun itu memang sudah jadi hak De' Dinda. Jadi, semua terserah De' Dinda saja. Ngomong-ngomong memangnya mau sampai kapan,De' ?" balas bu Zaenab dengan tutur lembut.

"Nnggghh..kapan ya? Anu,mungkin sampai musim panen nangka bulan ini,Bu...." jawab Dinda singkat.

>>>Toeng...??<<<

Peristiwa tadi malam sepertinya membuat Dinda sangat kepikiran. Bagaimana tidak, ternyata perjodohan itu sudah disepakati kakek Dinda dengan kakek si Ahsan jauh-jauh hari sebelum era reformasi. Di sekolah dia terlihat kusut. Bola basket yang biasa ia mainkan di sore hari pun tidak ia sentuh sama sekali. Nafsu makannya turun dari 2 porsi penuh menjadi 2 porsi kurang 2 sendok teh.

Kalau sedang ada masalah, biasanya Dinda menemui Bobi yang biasa lewat di depan rumahnya untuk curhat. Dan beruntung Bobi sore itu lewat di depan rumahnya. Kebetulan waktu itu rumah sedang sepi. Orang tua Dinda masih menjaga warung di ujung jalan. Adik dinda sedang belajar di TPQ. Sehingga saat Dinda bertemu Bobi, tanpa basa-basi Dinda langsung meraih tubuhnya dan memeluknya erat sambil sesengukan berucap, "Bobiii...! Gue lagi bingung nih! Menurut loe,gue pantes ga' jadi istrinya si Akhsan? Menurut loe,salah ga' kalo gue ngarep-ngarepin dapat orang seperfect dia? Hiks... Hiks...!"

Pelukan Dinda makin erat. Hal ini membuat nafas Bobi tersengal dan ia pun akhirnya meronta.

"Meeooong! Meeooong! Meeoong"

"Ups,sorry Bob! Gue udah bikin loe tersiksa ya? Yawdah,kita masuk yuk! Gue punya ikan asin loh buat loe...." seloroh Dinda selanjutnya.

Yah, itulah Dinda. Ketika sedang sedih dia biasa curhat dengan seekor kucing. Entah sejak kapan dia punya kebiasaan aneh seperti itu. Tapi yang jelas, Dinda memang sangat menyukai hewan berkumis yang satu ini.

Singkat cerita, hari-hari dilaluinya dengan penuh kebimbangan. Jika pilihan saat pemilu menentukan nasib bangsa 5 tahun ke depan, maka pilihan Dinda kali ini akan menentukan nasibnya seumur hidup. Sementara itu, musim panen nangka di lingkungan Dinda sudah hampir dekat. Namun sampai detik ini ia belum menemukan jawabannya.

Waktu yang dijanjikan sudah tiba. Hari ini adalah hari dimana kebun nangka di lingkungan tempat tinggalnya mulai dipanen. Dinda sadar waktunya sudah habis dan ia belum bisa memberi jawaban atas keraguannya selama ini. Sungguh, ingin rasanya ia mencurahkan perasaannya pada teman-temannya. Tapi Dinda juga malu jika seandainya mereka malah menertawakan dan meledek Dinda.



"Duh...Gue harus gimana nih? Gue masih belom yakin untuk menolak atau bahkan menerima. Kaga' ngarti dah! Ntar gue ngitungin kancing baju aja deh...." batin Dinda dalam perjalanan pulang sekolah.

Di tengah kebimbangannya, tiba-tiba terdengar suara dari arah samping.

"Mba...! Mba Dinda!"

Dinda tengak-tengok mencari sumber datangnya suara tersebut,"Aneh banget deh! Ada suara tapi kok ga ada wujudnya ya?"

"Mba Dinda! Liat ke atas Mba! Dini udah bisa bergrantulan di pohon nangka nih! Hebat kan?"

Dinda langsung mengarahkan pandangannya ke atas. Namun apa yang ia lihat malah membuatnya berteriak histeris, "Wwhhuuuaaaa....! Masya Allah Dini! Kamu lagi ngapain di situ? Aduh,ayo cepet turun!!"

Disaksikannya Dini, adiknya yang berusia 10 tahun bergelantungan di atas pohon setinggi 4 meter dengan posisi badan terbalik. Siapa orangnya yang tak takut melihat pemandangan itu.

"Turun Dini! Mba bilang turuun!!!" perintah Dinda panik.

"OK...OK...! Dini turun. Mba ini, ga tau ada orang lagi asyik apa ya?"

Dini pun turun dari atas pohon. Orang-orang yang kebetulan lewat pun pasti menjadi ikut khawatir. Dan apa yang dikhawatirkan Dinda akhirnya menjadi kenyataan. Saat Dini berada setengah jalan turun dari pohon, kakinya terpeleset dan ranting yang ia pegang juga ikut putus. Akibatnya, Dini pun jatuh dengan sukses.

"Diniiii...!!" teriak Dinda histeris.

Peristiwa ini makin membuktikan kebenaran teori Newton tentang gravitasi. Namun itu tidak penting. Sebab yang terpenting bagi Dinda saat ini adalah bagaimana menyelamatkan nyawa adiknya yang tercinta. Cepat-cepat ia bersama warga lainnya menolong Dini.

"Ya,Allah! Cepat panggil ambulans! Cepat panggil ambulans, pak! Tolong adik saya...!" pinta Dinda penuh iba. Air matanya menganak sungai.

Beruntung saat itu juga ada orang lewat yang langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Dini ke rumah sakit dengan menggunakan mobil yang dinaikinya. Tahu akan hal itu, para warga segera mengangkat tubuh Dini yang berlumur darah sementara Dinda mengikuti dari belakang untuk ikut menemani Dini masuk ke dalam mobil.

"Mas, buruan ke Rumah Sakit terdekat! Please...!" pinta Dinda.

"Ya,mba. Akan saya usahakan secepat mungkin,"ucap orang itu membalikkan badannya.

Melihat pria yang ada di depannya. Dinda semakin terkejut tidak karuan.

"Kamu... Ahsan kan!" ucap Dinda.

(Bersambung ke vol. 4, episode pamungkas Ketika Cinta Berbuah Nangka)

Selasa, 24 Maret 2009

Ketika Cinta Berbuah Nangka (vol. 2)

"Nggak bu...! Pokoknya nggak!"bantah Dinda.

"Tapi kamu harus ke dalam dulu,Nak! Ahsan itu anak yang baik..."bujuk ibu.

"Pokoknya sekali enggak,tetep enggak mau. Dinda ga mau jadi istri orang yang ga Dinda kenal..."jawabnya.

"OK,deh! Baik kalo begitu. Ga papa kalo kamu ga mau! Tapi kamu harus menemui mereka dulu. Kan ga enak kalo tau kamu bersikap kaya' gini sama mereka. Nanti kalo udah ketemu, sisanya biar ibu yang atur. Gimana?"

Lama-lama hati Dinda luluh juga. Dia juga ga enak hati sama keluarga haji Zaenudin. Kemudian di tengah kebimbangannya itu tiba-tiba ayah Dinda muncul dari balik pintu rumah.
"Dinda...Ibu...Lagi pada ngapain di situ? Ayo masuk. Ini ada yang mau ketemu sama kamu loh Din..."

"Iya,Yah!"jawab ibu dan Dinda hampir bersamaan.

"Ibu ntar tolongin Dinda yagh!Kasih tau ke mereka alasan Dinda yang barusan itu ya Bu!" bisik Dinda.

"Iya...iya...!Yang penting kamu tetep jadi anak penurut aja..."

Mereka pun akhirnya memutuskan masuk ke dalam. Bagi Dinda,setiap langkah yang ia jalani makin membuat jantungnya terus berdegup bak irama lagu nasional birama 2/2. Semakin dekat ke pintu membuat frekuensi detak jantung mjd trz mningkat. Dan,jreng...jreng....

Masuklah Dinda ke dalam rumahnya. Nampak seorang ibu berbalut jilbab rapi berwarna hijau daun (ciee...kaya' nama band aja!) dengan kacamata dan senyuman yang khas. Di sampingnya ada seorang pria muda yang menurut dugaan Dinda pasti umurnya sedikit lebih tua dari dirinya. Pria itu sebenarnya punya tampang innocent tapi juga punya kesan tegas gitu. Dan yang membuat Dinda terherman-herman saat itu adalah sikap sang pria yang dari tadi nunduk melulu. Dalam hati Dinda bergumam,"Nie anak kenapa sih? Pasti heran ngeliat lantai sebersih ini. Siapa dulu donk yang ngepel...."

"Nah! Bu hajah,ini loh yang namanya Dinda. Sekarang sudah besar. Usianya 17 tahun lebih 256 hari. Besok mau bikin KTP loh Bu... Bukan begitu Din...?"lirik ayah.

Dinda tersenyum malu mendengar kata-kata ayahnya tadi. Rupanya ayah Dinda juga punya selera humor yang lumayan garing. Yeah,boleh dibilang cukup jayus untuk seukuran bapak-bapak.

"Anaknya cantik ya... Sopan lagi!"puji bu hajah.

Kembali Dinda tersenyum simpul. Dari raut wajahnya seolah tertulis kalimat: "Ah,tante ini bisa aja deh...Tau aja kalo Dinda cakep!"

"Dinda.... Mungkin tadi ibu udah ngomongin ke kamu tentang tamu istimewa kita ini. Ini bu hajah Zaenab bersama putranya, Ahsan. Beliau ini bermaksud untuk berta'aruf dengan kita,khususnya kamu,Dinda,"seru Ayah.


"Dia Ahsan,usianya 23 tahun. Saat ini sedang menyelesaikan pendidikannya di sebuah Ponpes Yogyakarta. Dia juga sedang berencana meneruskan cabang usaha konveksi ayahnya di kota kita. Dia suatu saat bermaksud mengkhitbahmu secepat mungkin."lanjut Ayah.

"Benar,De' Dinda! Ibu datang ke sini bersama Ahsan,putra ibu ini,bermaksud ingin menanyakan kesediaan De' Dinda seandainya Ahsan mengkhitbah De' Dinda. Kira-kira keberatankah De' Dinda?"

Senyap. Itulah yang menjadi jawaban atas pertanyaan tadi. Yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang berderik dengan parau. Dinda memang sebelum masuk tadi menggerutu seraya bergumam dalam hati,"Memangnya cowok itu siapa? Kok brani-braninya nekad hendak memperistri gue..."

Namun ketika ia tau dengan siapa ia berhadapan, seketika itu juga pertanyaan-pertanyaan tersebut segera berganti begitu saja.

Kini hatinya malah terherman-herman, "Emangnya gue ini siapa? Kok mau-maunya orang sealim Ahsan nglamar gadis kaya gue ini ya?? Aduh... Gue kok jadi salting gini ya? Gue udah biasa nolak cowo, tapi kalo yang model kaya gini kenapa mendadak gue ga bisa komentar apa-apa ya?"

Dinda terjebak dalam sebuah perang batin. Di satu sisi hatinya ia tak bisa menolak pria di depannya ini. Sebab bagaimanapun juga Dinda ingin memiliki seorang yang selalu mendampingi dan mengingatkannya. Namun di sisi hatinya yang lain, ia sungguh bimbang dengan sebuah pilihan yang dihadapkan kepadanya. Apakah ia pantas untuk memilih? Apakah ia siap dengan pilihannya?

Keringat dingin mulai mengalir dari kening Dinda meski ia tetap mencoba untuk terlihat sewajar mungkin. Melihat gejala semacam ini, ibu Dinda teringat dengan apa yang tadi mereka omongkan di luar. Menurutnya Dinda pastilah malu untuk mengatakan sebuah ungkapan penolakan. Akhirnya wanita itu pun ikut angkat bicara, "Maaf bu hajah, sekali lagi maaf! Sebenarnya tadi di luar Dinda dan saya sudah memperbincangkan hal ini. Dan dengan sangat berat hati, sepertinya pinangan Ibu Hajah atas Dinda untuk Ahsan mungkin...."

"Mungkin apa Bu? Putri Ibu menolak Ahsan ya?" tanya bu hajah pasrah mencoba menerka apa yang akan ibu Dinda katakan.

"Yaa...mungkin....ehm...." ibu Dinda jadi ikut bingung. Ayah pun malah hanya mematung. Sedangkan Ahsan yang dari tadi diam tetap terlihat tenang dalam pandangannya yang tertunduk.

Tiba-tiba terdengar jawaban yang mengejutkan.

"Bukan begitu Bu...!" jawab seseorang itu.

Semua mata pun tertuju padanya menantikan apa yang akan katakan. Apakah yang akan ia katakan?

Sabtu, 14 Maret 2009

Ketika Cinta Berbuah Nangka

Dia nampak mengurung diri terus di kamarnya hari ini. Wajahnya kusut karena belum mandi. Entah karena malas atau memang ada hal yang membuatnya belum mandi juga, mungkin ga ada air di rumah,atau bisa jadi air PDAM emang lagi macet (Loh? Kok jd ngomongin ga jelas gini y?). Namun yang jelas wajahnya terlihat sangat sedih atau lebih tepatnya menyedihkan (he..ga dink!). Matanya nanar seolah tak kuasa menumpahkan air mata yg sudah dari tadi ia tahan. Dalam keadaan seperti itu,tanpa sadar ia berucap dengan penuh isak...
"Gila...ni novel kok critanya sedih banget ya...?"
Diratapinya dengan penuh penghayatan cerita dalam novel yang mengisahkan perjalanan hidup pasangan muda yang komitmen menikah di usia muda.
"Wah,hebat banget,ya,si Halimah ini. Aku pengin deh seperti dia yang bisa jadi istri setia. Tapi apa ada cowok yang mau langsung meminangku tanpa pacaran? Ah...sudahlah! Ini kan cuma novel...."

Wah,wah,wah! Pembaca yg budiman, nampaknya tokoh kita yang satu ini udah keranjingan cerita novel nih.... Ia mulai membayangkan seandainya benar-benar ada pangeran yg tiba-tiba datang mempersuntingnya. Akan tetapi di saat itu juga tiba-tiba HPnya berbunyi karena ada sms masuk sehingga membuyarkan lamunannya itu.

'Assalamualaikum Dinda, U udh shlt isya lom? Bsk da PR g? Lez qlat!'

"Duh,si Rojali...ga tau ada orang lagi menghayati novel apa ya...? Perasaan saban hari smsnya itu-itu melulu..." gerutunya kemudian.

Sejurus kemudian, Dinda dengan cepatnya membalas sms itu.

'Waalaikumsalam sdr Rojali yg sy hrmti. Alhmdlillah q udh shlat. N mslh PR, sbnrX bsk da PR fska. Tp U g ush bgg cz bdsrkn info yg q dpt, kmgknn gru2 bsok mo pda ikt kondangan k sunatanX pa Somad. Eh,mksdX anakX pa Somad. Jd g da plajaran deh!'

Keesokannya di sekolah,ternyata kabar yang diterima itu benar. Hal ini membuat Dinda jadi ngerasa ge-er karena apa yang ia prediksikan benar-benar terjadi. Tiba-tiba Rojali menghampirinya.
"Din,thanks ya atas infonya! Eh,tar sore belajar bareng yuk!"ajak Rojali.

"Ah,loe Li...Aku salut ama loe.Jarang-jarang loh anak SMA seumuran kita yang ngajakin belajar bareng kaya loe. Paling kebanyakan ngajakinnya nonton," ucap Dinda.

"Emang kenapa? Ga boleh ya?" balas Rojali.

"Ya boleh lah...Siapa juga yang ngelarang? Ok,gue iku. Tapi pulangnya jangan malam-malam ya!"

"Ok deh kalo kaya gitu. Ntar aku ngajakin temen-temen lainnya juga ya!" jawab Rojali sambil meninggalkan Dinda.

Sorenya mereka belajar di rumah Rojali bersama membahas tugas fisika yang diberikan di sekolah. Andi si bintang kelas nampak antusias menjelaskan materi fisika. Demikian juga dengan Dinda, ia tak kalah antusiasnya karena ternyata Rojali menyuguhkan banyak makanan untuk teman-teman.

Sepulang dari sana, Dinda merasa ada sesuatu yang tidak biasa di rumah. Sesampainya di ambang pintu ibunya menyambutnya dengan air muka yang cerah. Terakhir,Dinda melihat air muka yang seperti itu saat ibunya memenangkan undian jalan santai berupa 1 set piring cantik berikut sabunnya. Ada apa ya? Di dalam juga sepertinya ada tamu.

"Assalamualaikum Bu,Dinda pulang! Ngomong-ngomong di dalam ada siapa Bu? Tamu ya Bu?"

"Oh...Waalaikumsalam. Dinda, sini kamu Nak!" ujar ibu sambil segera menarik tangan Dinda menjauh dari ambang pintu.

"Ibu ini kenapa sih? Aneh banget ih... Orang Dinda nanya bukannya dijawab malah ditarik-tarik kaya' kambing gini. Sebenernya ada apa sih Bu?"

"Bentar dulu Nak! Sini, dengerin dulu kata-kata ibu!" ucap ibu setengah berbisik.

"Gini Din,tadi pagi ayah kamu bertemu haji Zaenudin di warung. Kamu tau Nak, ayahmu dan haji Zaenuddin udah berteman lama. Dan hari ini ayahmu dan haji Zaenuddin ingin memulai sebuah ukhuawah baru diantara kalian," lanjut ibu.

"Jadi? Maksudnya apa Bu? Emangnya hubungannya ama Dinda apa?"tanya Dinda ikut-ikutan memelankan suaranya.

"Haji Zaenuddin bermaksud..."

"Haji Zaenuddin bermaksud menjodohkan anaknya dengan kamu..."

"Hah?! Apa?? Jadi Dinda mau dijodohkan dengan cowok yang Dinda ga kenal?? Tidak....!" timpal Dinda setengah tak percaya.





< Bersambung dulu yah . . . >

Jumat, 06 Maret 2009

MA'RIFATULLAH

Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini:

- Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb.
- Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah..” (QS. 30:30).
- Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :”Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?“ (QS. 42:21).
- Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar” (QS 2:111).
- Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka” (QS. 43:22).

PENGERTIAN MA'RIFATULLAH

Ma'rifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.

Menurut Ibn Al Qayyim : Ma'rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma'rifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.

Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma'riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.

CIRI-CIRI DALAM MA'RIFATULLAH

Seseorang dianggap ma'rifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali:
- asma' (nama) Allah
- sifat Allah dan
- af'al (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.

Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
- sikap shidq (benar) dalam ber -mu'amalah (bekerja) dengan Allah,
- ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah,
- pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT
- sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya
- berda'wah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya
- membersihkan da'wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.

Figur teladan dalam ma'rifatullah ini adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : “Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”. HR Al Bukahriy dan Muslim.

Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan perasaannya sendiri.

Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. 35:28).

Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.

Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu' (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat”.

URGENSI MA'RIFATULLAH

Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma'rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma'rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). (QS.47:12).

Ma'rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.

Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur” (HR.Muslim)

Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.

Dari Ma'rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.

Dari Ma'rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.

Dari Ma'rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.

SARANA MA'RIFATULLAH

Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma'rifatullah adalah :

1. Akal sehat

Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah “ Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS 10:101 atau QS 3: 190-191).

Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” HR. Abu Nu'aim

2. Para Rasul

Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma'rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..” QS. 57:25

3. Asma dan Sifat Allah

Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah:

“Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma' al husna (nama-nama yang terbaik) (QS. 17:110).

Asma' al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :

“Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…” (QS. 7:180).

Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma'rifatullah). Dan ma'rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al ma'rifah wa al itsbat (mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan.

wallahu'alam. (by. MPK)

Senin, 02 Februari 2009

MACAM-MACAM GAYA HIDUP

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kalian tentang Allah.” (Fathir:5)
Makna Gaya Hidup
Gaya hidup boleh kita artikan, pola tingkah laku sehari-hari yang patut dijalankan oleh suatu kelompok sosial di tengah masyarakat, sesuai tuntunan agama. Seperti melakukan kebiasaan yang baik untuk menciptakan hidup sehat setiap hari, sebaliknya menghindari kebiasaan buruk yang berpotensi mengganggu kesehatan.
Dewasa ini bangsa kita menghadapi persoalan serius dalam masalah gaya hidup, hingga ada pameo; selagi muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga. Imbas dari terbukanya jalur transportasi, komunikasi dan informasi membuat sebagian masyarakat kita terjebak dalam pola hidup instan. Lidahnya, cicipan dan penampilannya seperti bukan dirinya yang dulu, yang sederhana dan tampil apa adanya.
Rupa-rupa Gaya Hidup
Gaya hidup banyak dipengaruhi oleh cara pandang kehidupan seseorang baik terhadap pedoman hidup, tujuan hidup, dasar hidup, kawan dan lawan hidup. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh kemajuan infrastruktur dan fasilitas modern yang dimiliki, di samping tentunya latarbelakang agama, pendidikan, etnis dan lingkungan tempat ia tinggal.
Secara khusus gaya hidup dipengaruhi oleh tingkat keimanan seseorang terhadap yaumul akhir. Kesimpulan ini terangkum dalam firman Allah: “Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus. la bertanya: Bilakah hari kiamat itu datang?” (al-Qiyamah: 5-6)
Dengan iman terhadap yaumul akhir, manusia menjadi takut berbuat yang menyalahi aturan hidup Islami. Sebaliknya dia akan pandai berhitung atau menghisab diri dengan amal dan muhasabah. Dia akan selalu semangat mengejar karunia, pahala kebaikan serta janji penghapusan dosa dari Allah s.w.t. (al-Ghasyiyah:25-26)
TIGA GAYA HIDUP
Al-Qur’an membagi gaya hidup manusia berdasarkan agama yang ia anut menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1. Gaya hidup musyrikin
Ciri-cirinya: Dalam pandangan kaum musyirikin, hidup ini sebatas di dunia fana ini saja, tak ada kehidupan setelah mati (al-An’am:29,32, al-’Ankabut:64). Karena itu, golongan ini bercita-cita sedapat mungkin untuk bisa hidup di dunia ini seribu tahun lagi (al-Baqarah:96). Mereka berkeyakinan, bahwa tidak ada balasan siksa (neraka) maupun pahala (sorga). Allah berfirman: “Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): “Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan”. (Qs.6:29). Akibatnya, mereka memandang hidup ini, tidak lebih dari permainan dan senda-gurau (la’ibun wa lahwun). “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185).
Gaya hidup seperti ini, mengarah pada pola pragmatis, yaitu melihat kehidupan dengan kacamata ada tidaknya manfaat bendawi dalam semua hal, termasuk dalam hal pertemanan. Orang yang berpandangan pragmatis cenderung materialistik dan permisivisme (menghalalkan segala cara). Norma-norma susila, hukum dan agama ditepiskannya. Halal-haram ia langgar, yang penting baginya, tujuan dan kepentingan dunia tercapai. Gaya hidup seperti ini, lama-kelamaan berpotensi melahirkan sekularisme dan komunisme. Di mana fungsi agama menjadi mandul bahkan menganggapnya sebagai musuh kemajuan. “majulah bersama dunia, tinggalkan agama,” begitu ideologi yang muncul dari pola hidup pragmatis
Gaya hidup seperti ini dikoreksi oleh Alllah s.w.t lewat firman-Nya, seperti dalam kutipan ayat di atas.
2. Gaya hidup ahlul kitab
Ketika Rasulullah diutus, secara umum gaya hidup ummat manusia dibagi dua; ada yang mengikuti pola ahlul kitab, yaitu Yahudi dan Nashrani; dan ada yang mengikuti pola Zanadiqah yaitu agama yang tidak puny a basis kitab suci, mereka terdiri ahlul ilhad (pengingkar), ahlu dhalal (golongan sesat) dan ahlul jahl (bodoh terhadap Tuhan). Adapun gaya hidup Ahlul kitab antara lain dapat disimak dalam surat at-Takatsur, yaitu gaya hidup hedonistis (Yahudi) dan materialistis (orang Arab) di zamannya.
Pola hidup Quraisy
Ibnu Abbas, Muqatil dan al-Kalbi meriwayatkan: B ani Abdi Manaf dan Bani Sahm, keduanya punya kebiasaan tidak baik di tengah kaum muslimin, karena suka pamer kehormatan dan keglamouran. “Apa yang kalian punya, pada kami juga ada bahkan lebih banyak dari yang kalian punya.” Simbol kehormatan sosial mereka adalah kekayaan, keberanian dan ketangkasan mengalahkan lawan. Ayat ini adalah sebagai jawaban balik atas sikap mereka.
Gaya hidup Yahudi
Muqatil dan Qatadah (mufassir Tabi’in), juga mufasir lain melaporkan: surat at-Takatsur turun menyangkut gaya hidup mewah Yahudi, mereka mengatakan: “Kekayaan kami lebih banyak dari suku manapun. Komunitas kami, juga lebih banyak dari kalian. Gaya hidup demikian, sampai membuat mereka lupa daratan, hingga pada umumnya mereka hidup dan mati dalam keadaan sesat.”
Pola hidup Munafikin
Ibnu Abi Hatim dari Abu Sa’id al-Asyji dari Abu Usamah dari Shalih bin Hayyan dari Ibnu Buraidah, ia berkata: Ayat ini turun sebagai counter terhadap kemewahan dan kebanggaan antara mereka. Satu dengan yang lain membanggakan jago-jagonya. “Adakah di antara kalian yang setara dengan status sosial Fulan bin Fulan.” Keduanya tidak ada hentinya membanggakan prestasi etnis dan harta kekayaan kawanny a yang masih hidup (menjabat), sampai pergi kekuburan. Dan beralihlah kebanggaan dari yang hidup kepada yang mati.”
Dapat disimpulkan bahwa: bahwa gaya hidup glamour dan pamer kemewahan seperti diuraikan di atas; bagi orang kafir adalah sebagai “istidrdj” yaitu menjerumuskan mereka dengan berangsur-angsur kepada kerugian, walaupun dari penampilan luar, mereka beruntung. Sedang bagi orang-orang mukmin kenikmatan hidup ini merupakan “fitnah” yaitu cobaan, apakah ia mampu dan sanggup menggunakan dan memanfaatkannya kepada hal-hal yang diridhai Allah swt. atau tidak?
3. Gaya hidup Islami
Antara lain dapatdisiniakdalamfirmanAllah: “Dan carilah pada apayang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, danjanganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(al-Qashash:77)
Ada tiga kesimpulan utama yang bisa ditarik dari ayat ini:
pertama, pola keseimbangan dalam hidup (dunia-akhirat)
kedua, pola hidup tetap Ihsan
ketiga, pola hidup tidak merusak
Pada ayat sebelumnya Allah s.w.t menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Qarun sebagai gambaran gaya hidup materialisme dan hedonisme. Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk itu, niscaya akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak, yaitu :
1.asas pemanfaatan harta,
2.asas kesederhanaan dan pola hidup bersahaja
3.hidup dengan amal jama’I
4.saling mencegah dari pola hidup merusak.
Gaya Hidup Dalam Bahasa Kesehatan
Di atas sudah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan gaya hidup sehat adalah “segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.” (Hasil Konferensi Nasional Promosi Kesehatan 2003)
Secara umum gaya hidup sehat ialah pola hidup berdasarkan aturan;baik aturan agama (wahyu), aturan negara (hukum) dan aturan kesehatan (lingkungan). Dari sini makin terasa, bahwa sehat adalah kebutuhan dasar yang harus diperjuangkan
Setidaknya ada 3 (tiga) gaya hidup sehat menurut pilar Visi “Indonesia Sehat” yaitu:
1.tidak merokok dan madat
2.beraktivitas fisik secara cukup, dan
3.mengkonsumsi makanan bergizi.
Dengan 3 pilar ini ungkap sebuah penelitian, penyakit tekanan darah tinggi dapat berkurang 55%; stroke & jantung koroner dapat berkurang 75%; diabetes dapat berkurang 50%; tumor dapat berkurang 35%, usia rata-rata dapat diperpanjang 10 tahun ke atas dari rata-rata usia harapan hidup manusia Indonesia. Semua ini diraih tanpa mengeluarkan uang sesen pun! jadi gaya hidup sehat sangat mudah, tapi efeknya luar biasa.
Manfaat Ukhrawi Gaya Hidup Sehat
1.Dapat melakukan serang-kaian ibadah ‘ammah maupun khasshah secara sempurna (ada’an) termasuk dapat bersilaturahim dan menjalin persahabatan dengan orang lain. Rasulullah s.a.w bersabda: Dari Jabir ia berkata: Rasulullah s.a.w pernah menjenguk sahabat yang sakit. Nabi melihat orang itu shalat dengan duduk di atas bantal. Beliau membuang bantal itu, sambil bersabda: “Shalatlah di tanah, jika mampu. Bila tidak, kerjakan dengan isyarat. Jadikanlah sujudmu lebih rendah dari rukukmu.” (HR. Baihaqi dalam as-Sunan (2/306), disahihkan oleh Imam Abu Hatim).
2.Bisa bekerja mencari nafkah dengan baik, sesuai bunyi do’a setelah makan. “Dari Abi Umamah bahwasanya Nabi SAW adalah apabila telah selesai dari makannya atau makanan diangkat dari meja makan beliau berdo’a yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah mencukupi kami dan memberi minum kami, yang memberi makan bukan yang diberi makan dan bukan diingkari nikmatnya.” Terkadang
Nabi mengucapkan: “segala puji bagi Allah Tuhan Kami yang senantiasa mencukupi, tidak meninggalkan kami dan selalu mencukupi kebutuhan kami, duhai Tuhan kami.” (HR. Bukhari (II 106no.:5142-5143), al-Hakim (I/203/ 2003)) Ahmad (Musnad Syamiyin, Juz IV)
3.Kesehatan itu adalah mahkota bagi kehidupan manusia yang harus dilestarikan. Melepaskan mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran.
Kecuali itu, Kesehatan termasuk bagian pokok dari sumber kebahagiaan manusia:
Hamid Allaffaf berkata: “Kami telah mencari empat macam hal pada empat tempat, tapi kami keliru jalan, ternyata kami temukan ke empat macam hal itu pada empat tempat yang lain:
1.Kami telah berusaha menjadi orang kaya dengan cara mengumpulkan harta, ternyata kekayaan itu kami dapati di dalam hati yang mencukupkan dengan apa yang ada (qana ‘ah);
2.Kami telah berusaha mencari suasana senang dan santai dengan memiliki banyak fasilitas, tapi ternyata perasaan santai itu justru kami dapati setelah kami tidak memiliki apa-apa;
3.Kami telah berusaha mencari kenikmatan dengan memakan makanan-makanan yang enak-enak, tapi ternyata kenikmatan itu ada pada badan yang sehat;
4.Kami telah mengejar uang (rizqi) di muka bund, ternyata rezeki itu kudapati ada di langit.(lmam Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Isti’dadLi Yaum al-Ma’ad, Bab: Ruba’iy. Get. Maktab al-Islami, tth.hal. 49)).
Sumber : Buletin Dakwah No. 04 Thn.XXXV Jum’at ke-4 25 Januari 2008



DUNIA remaja sering dilukiskan sebagai wilayah perbatasan yang mengandungi ketidakpastian.
Batas antara masa kanak-kanak yang romantis dan masa dewasa yang utopia, tergores indah dalam keremajaan. Kerana keremajaan adalah kenangan dan harapan, masa lalu sekali gus masa depan. Merenungkan masa lalu mengenai peranan keremajaan lantas melakukan lompatan kuantum prediksi ke masa depan, akan memaksa kita untuk melihat sosok dunia remaja yang menggejala zaman kita. Sebuah genre budaya anak muda sebagai sebab sekali gus akibat tumbuhnya budaya popular yang seterusnya mencitrakan gaya hidup remaja.
Membicarakan gaya hidup remaja dengan mengandaikan adanya keikhlasan dalam kehidupan mereka yang dapat dilihat perbezaannya dari gaya hidup kelompok lainnya. Namun pada saat kita mahu menempatkan remaja sebagai satu kelompok sosial, mulai timbul masalah remaja gerangan mana yang dimaksudkan?
Belum lagi ditambah tanda tanya; adakah suatu gaya hidup yang dapat menyebabkan kelompok remaja menjadi berbeza dari kelompok lainnya yang bukan remaja, misalnya? Begitu pula, menempatkan kelompok ini hanya atas dasar usia, yakni mereka yang berusia belasan tahun, tentulah tidak akan punya makna apa pun, kecuali dikaitkan dengan situasi sosial yang melingkupinya.
Kerananya bukan hanya faktor usia ini yang paling pokok sebagai ciri kelompok sosial, tetapi latar sosio-budaya di mana remaja itu berada kiranya akan lebih berperanan untuk melihat sosok kelompok dengan gaya hidupnya.
Gaya hidup sebagai pembeza kelompok akan muncul dalam masyarakat terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Setiap kelompok dalam struktur sosial tertentu akan memiliki gaya hidup yang khas. Dapat dikatakan bahawa gaya hidup inilah yang menjadi simbol prestij dalam sistem stratifikasi sosial. Dalam struktur stratifikasi inilah, gaya hidup dapat dilihat dari barang-barang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, cara berperilaku, cara bersosial, sampai bahasa yang digunakan tidak tujuan berkomunikasi semata-mata tetapi juga untuk simbol identiti. Dalam struktur semacam inilah, kita melihat gaya hidup remaja dibentuk dalam kelasnya masing-masing.
Lihatlah golongan remaja dengan segala macam ragamnya di pusat membeli belah, panggung-panggung hiburan, dan tidak kurang pula cara hidup hedonis yang sering dipaparkan dalam media masa. Dan, paling membimbangkan konsumsi secara besar-besaran pil Ecstasy yang mudah didapati seperti mana yang dilaporkan dikatakan mendatangkan keasyikan dan keghairahan yang nikmatnya hanya diketahui oleh penggunanya.
Gaya hidup sebenarnya merupakan suatu rangkuman dan keseluruhan dari cara, tata, kebiasaan, pilihan serta objektif-objek yang mendukungnya, yang mana perlaksaannya dilandaskan oleh sistem atau sistem kepercayaan tertentu.
Oleh kerana gaya hidup merupakan keseluruhan dari objek-objek perilaku sosial yang berkaitan dengan objek tersebut, maka dapat dikatakan bahawa gaya hidup itu dapat menghasilkan kombinasi objek-objek, dan sebaliknya rangkuman objek-objek dapat membentuk gaya hidup. Ini termasuk cara berpakaian, gaya makan, jenis bacaan yang dikatakan perluahan dari cara kelompok masyarakat mengaitkan hidup mereka dengan keadaan kewujudan mereka.
Gaya hidup sebenarnya mencerminkan kesedaran kelas kelompok masyarakat tertentu termasuk masyarakat remaja, dan dengan demikian ia merupakan satu bentuk ideologi kelas.
Dengan kata lain, gaya hidup sebenarnya satu pengungkapan makna sosial dan budaya. Setiap bentuk penggunaan waktu, ruang dan objek mengandungi di dalamnya aspek-aspek pertandaan, simbol dan semiotik yang mengungkapkan makna sosial dan budaya tertentu. Dalam hal ini, gaya visual merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup. Dalam era globalisasi maklumat, gaya visual yang berperanan besar dalam membentuk gaya hidup adalah iklan. Iklan tidak saja merepresentasikan gaya hidup bahkan juga ‘menaturalisasikannya’. Terdapat perbezaan mendasar antara cara iklan masa kini menggambarkan gaya hidup dibandingkan masa sebelumnya, berkat teknologi komunikasi yang canggih . Kini, gaya hidup yang ditawarkan iklan menjadi lebih canggih dan beraneka ragam dan lebih bebas sifatnya.
Ertinya, ia tidak lagi menjadi milik eksklusif kelas tertentu dalam masyarakat. Begitu banyak gaya yang ditawarkan dan setiap orang bebas termasuk remaja memilih dan membeli gaya peribadinya yang diinginkan. Iklan masa kini tidak lagi menekankan citra kelas tertentu melainkan citra ‘neutral’ yang mudah diikuti dan ditiru oleh setiap orang.
Manakala istilah ekstasi menurut Jean Baudrillard, pemikir Perancis tersohor dalam bukunya Ecstasy of Communication (1987) adalah suatu keadaan mental dan ’spiritual’ yang mencapai titik puncaknya, ketika jiwa secara tiba-tiba naik ke tingkat pengalaman yang jauh lebih dalam dibandingkan kesedaran sehari-hari, sehingga pada ketika itu muncul semacam kemampuan diri dan kebahagian yang luar biasa. Di dalam ekstasi gaya hidup, manusia hidup seakan-akan di alam mimpi, ilusi, fantasi dan halusinasi estetika yang dibentuk tidak hanya dalam pengertian sosio-ekonomi dan politik tetapi juga ideologi.
Lantas gaya hidup menjadi ’segala-galanya’ dan ’segala-galanya’ adalah gaya hidup. Dalam gaya hidup, penampilan dan gaya lebih penting dari ‘moraliti’ di saat citra-citra meminggirkan persoalan baik dan buruk dalam ‘permainan rumit gaya-gaya’ dan keterbalikan makna-makna dan simbol-simbol.
Dalam keadaan demikian, ukuran-ukuran kewajaran porak peranda berlangsung demi memenuhi tuntutan gaya-gaya yang terus berubah-ubah dan tanpa henti ditawarkan.
Menurut Kenneth J. Gergen dalam The Saturated self; Dilemmas of identity in contemporary life (2000), ”Dengan teknologi canggih, kita memperolehi pandangan dan nilai-nilai dari seluruh sudut dunia. Kita juga mengambil banyak isyarat dari media, sehingga identiti kita kini terus berubah dan kembali diarahkan, sebagaimana kita bergerak mengharungi lautan hubungan atau relasi yang terus berubah. Manusia hanyalah sekadar satu unit yang sangat sederhana dari sebuah relasi atau hubungan. Kita menyedari apa dan siapa pun kita bukanlah merupakan hasil dari esensi keperibadian,melainkan bagaimana kita dibentuk atau dikonstruksi di dalam masyarakat”.
Di sebalik apa yang dibentuk, terlihat akan wujudnya keasyikkan terhadap hal-hal yang ada diluar kesedaran yang asli membuat kita mudah meniru dan mudah dipengaruhi, mudah tertipu akan kenikmatan-kenikmatan sesaat, ketakjuban akan kebahagiaan yang palsu, dan kerinduan untuk terus berbelanja, untuk terus hidup dalam gaya. Tidak hairanlah di pentas pemujaan akan gaya hidup, wujud semacam ”ketidaksedaran yang disedari” dan ”kesedaran yang tidak disedari”.
Di antara batasan kedua wilayah ini, masyarakat terus ditanam dan ‘dibius’ dengan aneka warna nilai-nilai yang ditawarkan dari segenap penjuru dunia yang memaksa semacam ketidaksedaran massa. Ketidaksedaran ini sebagai ”kesedaran baru’ yang tidak lebih dari simbol-simbol fantasi yang menjurus ekstasi gaya hidup popular yang hanya mementingkan permukaan, penampilan,hiburan dan ‘Permainan tanda-tanda’ yang tanpa kedalaman ada yang tidak mengacu kepada realiti yang sebenar.
Ekstasi gaya hidup yang berlaku melalui iklan yang diwarnai oleh teknologi canggih akhirnya membentuk kebudayaan popular yang didalangi oleh wacana kapitalisme dan akhirnya membentuk semua produk termasuk budaya sebagai industri dan komoditi. Budaya popular atau pop dapat dimengerti secara luas sebagai kepercayaan-kepercayaan, praktik-praktik dan objek-objek melalui mana ia disusun atau diorganisasikan.
Kebudayaan popular ini cukup kaya dengan muatan komersial, halus ideologinya tetapi hampas estetikanya. Kebudayaan popular lantas menjadi sarana dominasi baru. Ia menjadi pusat pergulatan budaya global yang membawa arus imperialisme budaya negara maju lalu menciptakan imperialisme media dan teknologi yang mempengaruhi minda dan gaya hidup yang berpusat jauh di luar wilayah kesedaran budaya masyarakat dunia.
Dalam kebudayaan popular, citra telah mengalahkan realiti. Kekuatan citra inilah yang mewarnai apa yang disebut sebagai imagologi.
Dalam hal ini, pengeluar atau produser budaya citra adalah juga produser ideologi; dan sekaligus pendefinisi kenyataan. Dengan kemenangan imagologi, pengiklan, pemodal, penata rambut, pencipta peralatan gimnastik, bintang artis, sebagai contohnya telah mendoktrin ideal-ideal kecantikan, norma-norma keindahan tubuh menerusi Internet, televisyen, iklan filem dan juga olahraga. Tidak hairan juga program gaya hidup sudah menjadi pakej-pakej komersial, jadilah urusan kecantikan tidak sekadar mewajahkan diri di depan cermin, tetapi sudah menjadi gaya hidup secara menyeluruh.
Dalam perkembangan kebudayaan popular selanjutnya, kelompok remajalah yang sering menjadi ‘mangsanya’ yang memang terkenal dengan segala macam kompleksiti permasalahannya.
Remaja dalam kebudayaan popular dapat ditemukan dalam berbagai cerita yang menjadikan remaja sebagai hero dan heroinnya, atau lagu-lagu yang bertemakan masalah yang dihadapi remaja, atau informasi yang mengungkapkan keinginan dan gaya hidup lainnya untuk remaja. Keremajaan memang menarik, tetapi yang utama sebenarnya bukan unsur yang terkandung dalam ‘kerejamaan’ itu, melainkan potensi golongan remaja sebagai konsumer atau pembeli.
Maka semua produk budaya massa yang ada akan mereka habiskan bersamaan dengan gaya hidup nikmat dan bertambahnya waktu luang mereka. Fenomena remaja ini memang lebih menarik untuk ditonton dan dipertontonkan, seperti kisah kasih, atau percintaan dan sukses mereka yang sering menjadi latar dan setting cerita. Latar belakang kehidupan yang dibayangkan sering tanpa kedalaman. Sukses dan prestasi dianggap sebagai sesuatu yang segera.
Tidak pernah mereka mempermasalahkan kesulitan ekonomi. Kalau lelaki, mereka dicitrakan ”inilah lelaki idaman”, tampan dan bergaya; kalau wanitanya, dilukiskan ”Warna yang lembut”, cantik dan manja. Maka barang-barang kosmetik menjadi penghias diri yang dicari. Kalau melihat penampilan golongan remaja yang dipropagandakan dalam iklan-iklan, filem atau dunia hiburan sering dicitrakan sebagai golongan yang ceria dan tertawa riang.
SHAHAROM TM SULAIMAN ialah pustakawan di Perpustakaan Negara Malaysia.

SUMBER : MIMBAR JUMAT

Kamis, 22 Januari 2009

Paradigma (sebuah kutipan materi karya tulisku)

Pendidikan saat ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari modernisasi. Prinsip-prinsip modernisme seperti efisiensi dan produktivitas terlihat dalam praktek-praktek pendidikan. Setiap hari kita mendengar tentang iptek dan pembangunan, dan melupakan humanisme. Dengan demikian, pendidikan hanyalah menjadi hamba, dan kehilangan fungsinya sebagai penuntun manusia.

Perubahan besar hanya bisa dilakukan melalui perubahan paradigma. Hal yang sama berlaku pada pendidikan. Untuk bisa membuat sebuah pembaharuan pendidikan yang benar-benar bermakna bagi kemanusiaan, kita tidak bisa melakukannya sekedar dengan mengubah kurikulum, apalagi kalau hanya dengan sekedar mengganti buku pelajaran. Tanpa perubahan paradigma, kita hanyalah melakukan sebuah proyek tambal sulam, yang tidak bermakna apa-apa.

Paradigma yang pertama adalah kesadaran sejarah (historical awareness). Kesadaran sejarah adalah sebuah kesadaran untuk menempatkan diri dalam ruang dan waktu saat ini. Ada dua dimensi dalam kesadaran ini yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang berarti kesadaran akan tempat di mana ia berada. Ia juga sadar akan relasinya dengan tempat di sekitarnya dan di mana tempatnya di dunia ini. Dimensi waktu berarti kesadaran akan masa di mana ia berada. Kesadaran ini memberikan tahu dari mana ia berasal dan bagaimana posisinya saat ini. Kesadaran yang utuh akan dapat menjawab pertanyaan tentang siapa aku dan di mana aku berada. Kesadaran ini memberikan identitas dan pijakan awal baginya. Dan yang paling penting adalah menumbuhkan sebuah pertanyaan di lubuk hati, “Kemanakah aku akan melangkah?”

Paradigma kedua adalah buku yang dipakai. Buku sendiri adalah merupakan catatan dari sejarah perkembangan peradaban manusia. Buku apa yang dipakai akan memberikan perspektif yang berbeda tentang dunia dan sejarahnya. Charlotte Mason, seorang penganjur pendidikan klasik, menyarankan untuk menggunakan “buku asli” ketimbang text-book. “Buku asli” adalah buku yang ditulis untuk menjelaskan sebuah ide, tidak seperti text-book yang dirancang untuk suatu tingkat dalam pendidikan. Buku jenis ini akan membuat Anda berpikir, tidak seperti text-book yang memang didesain untuk menuntun Anda. Dan yang terpenting adalah Anda akan dapat merasakan jiwa sang penulis di dalam buku yang ditulisnya. Sebagai contoh: belajar ekonomi klasik langsung dari “Wealth of Nation”-nya Adam Smith, belajar teori evolusi dari “Origin of Species”-nya Charles Darwin, belajar teori relativitas dari “Principle of Relativity”-nya Albert Einstein.

Paradigma yang ketiga adalah peranan guru. Guru bukanlah menjadi seorang yang bertugas mencangkokkan sebuah pikiran kepada anak didik. Guru adalah seperti tukang kebun yang membersihkan, menyiangi, menyirami, bila perlu memberi pupuk untuk tunas-tunas muda di kebunnya. Guru yang baik haruslah menyediakan iklim yang baik bagi setiap anak didiknya supaya mereka dapat bertumbuh dengan baik. Guru adalah seorang pembimbing yang menuntun anak didiknya untuk menjadi dirinya sendiri. Hal ini adalah kesulitan sekaligus tantangan, karena setiap anak didik tidak dapat diperlakukan sama seperti halnya di dalam pendidikan massal saat ini.

Paradigma yang keempat adalah pelajaran itu sendiri. Di dalam pendidikan klasik pelajaran tidak terbagi secara kaku ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran. Ketika sedang belajar sejarah misalnya, kita bisa saja sekaligus mempelajari kosa kata yang sulit, atau membuat time-line seperti pada garis bilangan dan menghitung kurun waktu beberapa kejadian. Pelajaran tidak harus dibagi secara ketat ke dalam mata pelajaran, melainkan ke dalam topik-topik. Topik-topik tersebut dapat disusun sedemikian rupa membentuk sebuah sistem yang mengintegrasikan semua bahan yang akan dipelajari.

Paradigma yang kelima adalah cara penilaian. Sistem penilaian saat ini terlalu menekankan pada kompetisi, dengan harapan menumbuhkan kreativitas. Efek lain dari kompetisi, yaitu mematikan potensi anak yang kalah bersaing, tidak terlalu diperhatikan. Penilaian dapat dilakukan dengan membuat portfolio, sebagai catatan akan apa yang telah dilakukan oleh anak didik selama masa tertentu. Isinya bisa berupa karangan, riset kecil-kecilan atau apa saja yang ingin dibuat olehnya. Jurnal pribadi juga dapat dimasukkan sebagai portfolio. jurnal pribadi adalah hasil-hasil dari pemikiran mereka setelah membaca sebuah buku, yang tentunya berbeda pada tiap orang. Sistem ini lebih menghargai potensi individual ketimbang sistem biasa yang menekankan standardisasi.

Yang menjadi kata kunci dari semua paradigma di atas adalah holistik, integralistik dan penghargaan individu. Pendidikan bukanlah sebuah kegiatan terpisah dari sebuah masyarakat yang mengkhususkan diri untuk mendidik. Pendidikan bukanlah sebuah spesialisasi melainkan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kemasyakatan. Sebagai akibatnya, seluruh anggota masyarakat sebenarnya adalah guru, dan pendidikan bukan hanya di sekolah. Tanggung jawab pendidikan bukan hanya di tangan Departemen Pendidikan dan guru-guru, melainkan di tangan kita semua terlebih di tangan orang tua.

Fungsi masyarakat sebagai pendidik akan melahirkan sebuah pemikiran yaitu pendidikan berbasis komunitas. Hal ini adalah kesimpulan logis, karena komunitaslah yang tahu apa yang terbaik untuk diri mereka. Pendidikan tidak melupakan tradisi dan kearifan lokal, sesuatu yang sudah tergerus di jaman modernitas ini yang mengusung standardisasi. Pendidikan ini harus memanfaatkan sebesar-besarnya potensi lokal dan juga memberikan sumbangan yang berarti bagi komunitasnya. Dan yang tak boleh dilupakan adalah prinsip kemandirian masing-masing komunitas, sehingga tidak terjadi hegemoni oleh pemikiran satu komunitas kepada yang lain.

Pengembangan pendidikan yang berbasis lokal akan melahirkan pluralisme. Orang nampaknya telah melupakan bahwa salah satu hal yang membuat species kita dapat bertahan adalah pluralisme. Kemajuan, hanyalah dapat muncul dalam pluralisme, di mana unsur-unsur yang berbeda dapat melakukan diskursus untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Dengan mengubah paradigma, untuk mengembalikan pendidikan ke fungsi asalnya, nampaknya peradaban ini masih punya harapan, khususnya dalam konteks Indonesia. Meskipun demikian dibutuhkan kerja keras dan komitmen untuk membuat sebuah perubahan berarti. Mengubah paradigma bukanlah pekerjaan yang dapat selesai dalam setahun dua tahun. Mengubah paradigma adalah pekerjaan yang dihitung dengan generasi. Apa lagi modernitas sudah tertanam begitu dalam di dalam diri kita berkat media audio visual yang menggaungkannya setiap jam.

Mungkin tidak terlalu salah jika kita mengutip Bung Karno yang berkata “Berikan aku sepuluh pemuda yang bersemangat dan akan kuubah nasib bangsa ini!” Ya, kita butuh sekolompok orang, walaupun kecil yang mau menumpahkan keringat demi membangun kembali bangsa ini dari keterpurukan. Dan itu akan kita mulai dengan membangun landasan yang paling bawah, yaitu pembangunan manusia.


_HOMESHOOLING_

Mujahid Setia

Bangkitlah mujahid bangkitlah
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan
Gentarkan musuhmu gentarkan
Takkan pernah usai pertarungan
Hinggal ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar
Walau raga kan meregang nyawa
Karna Allah tlah janjikan surga
Untukmu mujahid setia


(Shoutul Harokah)

Beasiswa S1; UI, ITB, UNPAD, IPB, ITS

Makara Foundation (MF) dan para mitra kerjanya menyediakan Program Beasiswa bagi anak Usia Sekolah SD, SMP, SMA, dan S1 di PTN. MF berharap bahwa nantinya para penerima beasiswa tersebut dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional sehingga dapat mendorong negara ini menjadi lebih maju dan dapat bersaing di bidang ekonomi secara global, hingga terciptanya Bangsa Indonesia yang berbudi pekerti luhur, kompeten dan sejahtera.

Syarat Penerima Beasiswa S1 Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Padjadjaran (UNPAD) untuk semua jurusan:

a). Foto copy raport kelas 1, 2, dan 3 (semester 1 dan 2) SMA/SMK/SMEA/STM/MA/Sederajat

b). Foto copy Ijazah, Surat Kelulusan, atau Surat Keterangan mengikuti Ujian Nasional dari kepala sekolah. Lulus Tahun 2007, 2008, atau 2009

c). Foto copy Kartu Keluarga

d). Foto copy Slip Gaji atau Surat Keterangan Penghasilan otang tua dari RT/RW

e). Essay tentang alasan pribadi mengapa berhak mendapatkan beasiswa dan alasan ingin kuliah

Fasilitas: Beasiswa Formulir Ujian Masuk Perguruan Tinggi, Biaya Semester, Tempat Tinggal (Asrama Mahasiswa), dan Uang Saku Rp. 600.000,- per bulan

Berkas-berkas dikirim paling lambat tgl 7 Februari 2009 ke alamat: Ruang TIS Gdg. Pusgiwa Fakultas Teknik UI, Kampus Universitas Indonesia -Depok, Jawa Barat, Indonesia

Phone Office: 021 71464154

Nissa: 0813 8453 3515

Anggi: 0816 1600 937

sumber: www.bintangmakara.org

Jumat, 09 Januari 2009

Selamat Tinggal Sahabat

Selamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri Seberang
2X

Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
iringkanlah doa restumu
Alloh bersama slalu

Kuberjanji dalam hati
Untuk segera kembali
Menjayakan negeri ini
Dengan ridho Ilahi
2X

Selamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri Seberang

Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
iringkanlah doa restumu
Alloh bersama slalu

Kalaupun tak lagi jumpa
Usahlah kau berduka
Semoga tunai cita - cita
raih gelar syuhada
2X

Selamat tinggal sahabatku
Selamat tinggal sahabatku
Selamat tinggal sahabatku
Selamat tinggal sahabatku
Selamat tinggal sahabatku
Selamat tinggal sahabatku

Kamis, 08 Januari 2009

Motivasi sang Komandan Batalyon Muslim


Adalah kunci kemenangan,tatkala manusia merindukan syahid dan menyerahkan jiwa kepada Allah. Bukankah jiwa raga merupakan titipan Allah? Wajar kiranya bila suatu saat titipan tersebut dikembalikan kepada yang memiliki. Allah berfirman:

"Kembalillah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya."(Al-Fajr:28)

Segala sesuatu pasti kembali pada asalnya. Allahlah Sang Pencipta jiwa. Maka, suatu saat jiwa pun harus kembali kepada-Nya. Allah berfirman dalam ayat perjanjian yang ditandatangani pada peperangan Badar, Uhud, Ahzab, Qadisiyah, dan Yarmuk:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka, dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain Allah)? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah:111)

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya,sungguh aku ingin sekali berperang di jalan Allah sampai aku mati, kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati; kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati." (HR. Ahmad)

Melalui motivasi ini, Rasulullah menjadi Komandan Batalyon Muslim, memimpin umatnya dalam menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat-Nya. Namun, pada hakikatnya perang disini bukan identik dengan perang fisik dengan persenjataan lengkap. Karena hakekat perang terbesar bagi manusia adalah berperang melawan kemunkaran. Inilah sebuah perjuangan hidup sang anak manusia dalam kerasnya hidup di dunia. Dan lewat hadits di atas, kita seolh diingatkn bahwa perjuangan ini amatlah panjang. Perjuangan ini selalu ada awal tapi tak pernah ada akhir. Wallahu a'lam bisshowab.


Sumber: Sil'atullah Al-Ghaliya; Fafirru Khifâfan wa Tsiqâlan karya Dr. A'idh Al-Qarni, M.A.

Motivasi sang Komandan Batalyon Muslim

Adalah kunci kemenangan,tatkala manusia merindukan syahid dan menyerahkan jiwa kepada Allah. Bukankah jiwa raga merupakan titipan Allah? Wajar kiranya bila suatu saat titipan tersebut dikembalikan kepada yang memiliki. Allah berfirman:

"Kembalillah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya."(Al-Fajr:28)

Segala sesuatu pasti kembali pada asalnya. Allahlah Sang Pencipta jiwa. Maka, suatu saat jiwa pun harus kembali kepada-Nya. Allah berfirman dalam ayat perjanjian yang ditandatangani pada peperangan Badar, Uhud, Ahzab, Qadisiyah, dan Yarmuk:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka, dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain Allah)? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah:111)

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya,sungguh aku ingin sekali berperang di jalan Allah sampai aku mati, kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati; kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati." (HR. Ahmad)

Melalui motivasi ini, Rasulullah menjadi Komandan Batalyon Muslim, memimpin umatnya dalam menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat-Nya. Namun, pada hakikatnya perang disini bukan identik dengan perang fisik dengan persenjataan lengkap. Karena hakekat perang terbesar bagi manusia adalah berperang melawan kemunkaran. Inilah sebuah perjuangan hidup sang anak manusia dalam kerasnya hidup di dunia. Dan lewat hadits di atas, kita seolh diingatkn bahwa perjuangan ini amatlah panjang. Perjuangan ini selalu ada awal tapi tak pernah ada akhir. Wallahu a'lam bisshowab.


Sumber: Sil'atullah Al-Ghaliya; Fafirru Khifâfan wa Tsiqâlan karya Dr. A'idh Al-Qarni, M.A.

Motivasi sang Komandan Batalyon Muslim

Adalah kunci kemenangan,tatkala manusia merindukan syahid dan menyerahkan jiwa kepada Allah. Bukankah jiwa raga merupakan titipan Allah? Wajar kiranya bila suatu saat titipan tersebut dikembalikan kepada yang memiliki. Allah berfirman:

"Kembalillah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya."(Al-Fajr:28)

Segala sesuatu pasti kembali pada asalnya. Allahlah Sang Pencipta jiwa. Maka, suatu saat jiwa pun harus kembali kepada-Nya. Allah berfirman dalam ayat perjanjian yang ditandatangani pada peperangan Badar, Uhud, Ahzab, Qadisiyah, dan Yarmuk:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka, dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain Allah)? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah:111)

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya,sungguh aku ingin sekali berperang di jalan Allah sampai aku mati, kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati; kemudian aku dihidupkan lagi sehingga dapat berperang lagi kembali sampai mati." (HR. Ahmad)

Melalui motivasi ini, Rasulullah menjadi Komandan Batalyon Muslim, memimpin umatnya dalam menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat-Nya. Namun, pada hakikatnya perang disini bukan identik dengan perang fisik dengan persenjataan lengkap. Karena hakekat perang terbesar bagi manusia adalah berperang melawan kemunkaran. Inilah sebuah perjuangan hidup sang anak manusia dalam kerasnya hidup di dunia. Dan lewat hadits di atas, kita seolh diingatkn bahwa perjuangan ini amatlah panjang. Perjuangan ini selalu ada awal tapi tak pernah ada akhir. Wallahu a'lam bisshowab.


Sumber: Sil'atullah Al-Ghaliya; Fafirru Khifâfan wa Tsiqâlan karya Dr. A'idh Al-Qarni, M.A.

Senin, 05 Januari 2009

assalamu 'alaikum...
cek...
cek...
dicoba!